Bagaimana Cara Membangun Fashion Label?

"Motivasi dan langkah awal yang perlu diketahui untuk menjadi seorang fashion designer."

Industri mode memiliki kontribusi pada ekonomi kreatif Indonesia sebesar 18%. Persentase tersebut setara dengan kisaran Rp 116 triliun, bahkan lebih besar dari gabungan nilai industri televisi, percetakan dan aplikasi. Di satu sisi, Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto mengucapkan bahwa konsumsi fashion muslim berada pada nilai Rp 280 triliun, dengan laju pertumbuhan tiga kali lipat dibanding ekonomi nasional.

Jika berjalan di selasar mall atau saat membuka aplikasi Instagram, tentu kita akan terperangah melihat jamaknya fashion brand yang ada saat ini; baik dari dalam maupun luar negeri. Namun, market gap dari konsumsi mode Indonesia masih sangat luas. Celah tersebut tidak hanya datang dari perkara harga, tetapi juga dari berbagai aspek lain seperti selera dan gaya hidup konsumen, cara pemasaran serta pola distribusi. Dapat disimpulkan bahwa Indonesia masih butuh banyak sekali desainer dan pengusaha yang mendedikasikan diri pada sektor mode, terutama bisnis kecil dan menengah.

Banyak orang bercita-cita untuk menjadi fashion designer, namun baru sedikit yang berani untuk melangkah maju. Beberapa sungkan karena latar belakang pendidikan, beberapa lainnya terganjal realitas hidup untuk bekerja pada lapangan pekerjaan yang sudah ada. Jika saat ini hasrat untuk memiliki label mode masih melekat pada nalar dan fantasi Anda, sebaiknya jangan dihempas begitu saja. Baik bagi Anda yang memiliki latar belakang fashion design, maupun yang tidak.

Kepada Grazia Indonesia, Barli Asmara sempat berkata, ”Jika kita bisa menempuh sekolah mode, itu adalah keuntungan yang sangat baik. Namun jika tidak, jangan pernah berkecil hati.” Beberapa desainer dan pengusaha mode ternama tidak mengenyam pendidikan mode. Namun bila Anda memiliki cukup dana dan waktu, mengambil sekolah atau kursus mode tidak akan percuma.

Selain Barli sendiri, dunia mode memiliki beberapa nama tenar yang tidak bersekolah fashion design; beberapa di antaranya Tory Burch, Raf Simons serta Monique Soeriatmadja yang memiliki label Alexalexa dan SOE. Sedangkan mereka yang memiliki latar belakang desain mode jumlahnya lebih banyak lagi. Mulai dari Phoebe Philo yang ultra-fenomenal, Dries Van Noten nan cemerlang, hingga perintis label siap pakai Calvin Klein.

Nama-nama tersebut hanyalah segelintir dari segudang kisah sukses di dunia mode. Meski memiliki latar belakang dan garis artistik yang jauh berbeda satu sama lain, terdapat dua kesamaan yang tidak terelakkan: keberanian tinggi dan sifat pekerja keras. Jika Anda merasa memiliki kriteria tersebut, berikut hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum membangun sebuah fashion label atau terjun menjadi seorang fashion designer.

COLLECTING INSPIRATION

Inspirasi dapat berupa lukisan, desainer legendaris, arsitektur, kultur-subkultur, musik dan lain sebagainya. Anda bisa menggali inspirasi dan menambah pengetahuan mode dengan browsing secara online serta menyusunnya menjadi sebuah moodboard atau kolase. Temukan juga inspirasi khusus atau hal baru yang dapat membuat fashion brand Anda menjadi unik, segar dan distingtif.

BRAND DIRECTION

Selera pribadi memang tidak akan bisa dilepaskan dari identitas suatu fashion brand. Namun, ada baiknya untuk mendata siapa saja persona yang akan cocok dengan figur label Anda. Daftar tersebut disarankan untuk memiliki ragam yang cukup luas; mulai dari aktris Hollywood dan musisi tersohor, ekonom dan politisi, fashion editor dan influencer hingga teman-teman terdekat Anda. Dari sana, jati diri fashion label Anda akan sangat kuat dengan rentang fashion items yang beragam di dalamnya.

NAMA DAN LOGO

Mengapa kedua hal ini tidak ditentukan dari pertama? Sebab, nama dan logo justru dibuat setelah mendapat inspirasi yang cukup dan mendapat gambaran jelas dari brand direction yang telah dirumuskan. Ada beberapa desainer yang menggunakan nama panjangnya, misalnya Alexander McQueen, Saptodjojokartiko dan Victoria Beckham. Ada pula yang hanya memakai penggalan nama tunggal, seperti Valentino, Balenciaga atau Jacquemus. Bahkan ada pula yang mencari nama baru untuk label mereka, misalnya The Row, Off White dan Vetements. Penentuan nama tersebut bukannya tanpa makna, mereka menentukannya setelah mendapat ilham dan arahan yang jelas untuk rumah mode mereka. Logo “C” ganda-berkait dari Chanel yang sangat tersohor bahkan baru dirilis sepuluh tahun selang Gabrielle Coco merintis usahanya.

ADAPTASI TREN

Saat membuat koleksi, pertimbangkan juga arahan tren mode terkini. Perlu diketahui, trend memiliki dua jenis: yaitu phenomenon trend dan projected trend. Beberapa desainer kerap luput dalam mengadaptasi tren yang terproyeksi, karena sebatas mengetahui tren yang fenomenal. Keterbatasan ini membuat para desainer yang sudah buntu inspirasi kerap dicap sebagai pencontek desainer luar. Untuk mengetahui projected trend dan trend forecasting, dapat segera menghubungi TBF Consultant. Pada koleksi Anda, sertakan juga basic items yang laku sejak dua tahun terakhir dengan garis artistik label Anda.

PRODUCTION & MARKETING

Saat langkah di atas sudah genap terkumpul, Anda dapat memulai untuk membuat purwarupa atau bahkan memulai proses produksi. Jika belum bisa mendapatkan manufaktur yang sesuai, Anda dapat menghubungi TBF Consultant yang juga akan menyiapkan marketing tools dan komunitas khusus dengan penyesuaian tertentu untuk masing-masing fashion brand.

The Bespoke Fashion Consultant adalah fashion incubator pertama di Indonesia. TBF Consultant melayani konsultasi mode untuk fashion designer dan pelaku mode baik dalam hal produksi, arahan artistik, analisa tren, event dan penjualan, hingga eksposur internasional.

Share this post:

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin