"Sejumlah hijab fashion label juga aktif mengadopsi keanekaragaman budaya dan alam Indonesia, di antara mengadaptasi teknik dan pola kain wastra."

Pertumbuhan busana Muslim di Indonesia –juga di dunia secara umum– terus meningkat secara eksponensial. Pada akhir 2019 lalu, hijab fashion tercatat menyumbang US$ 488 miliar untuk ekonomi dunia. Pemicu mode hijab pada mainstream runway adalah koleksi Jil Sander untuk musim gugur/dingin 2011-2012. Rumah mode basis Milan yang kala itu dikepalai Raf Simons menyajikan 2 looks dengan model yang kepalanya disematkan scarf sedemikian rupa, sehingga terlihat seperti perempuan yang mengenakan jilbab. Pada era tersebut juga, Indonesia mulai mengenal fashionista berhijab Diana Safitri (lebih populer dengan nama akun Instagramnya, @dssaaksss) serta butik busana konseptual sederhana Rumah Ayu oleh Sarah Sofyan dan Ria Miranda.

Saat populis sayap kanan Donald Trump terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat, para pelaku mode di seluruh dunia justru semakin akrab merengkuh para hijabers. Hal ini terbukti lewat hangatnya sambutan mereka pada Halima Aden dan Amina Adan, model berjilbab yang berjalan pada berbagai runway rumah mode terkemuka, terutama Max Mara dan Yeezy.

Kemajuan hijab fashion juga berdampak besar bagi Indonesia. Kita mulai mengenal beberapa label hijab dengan harga terjangkau namun sangat cepat sold-out; Vanilla Hijab, Heaven Lights dan Wearing Klamby adalah segelintir di antaranya. Selain itu, kita juga akrab dengan beberapa influencer/content creator berhijab nan inovatif seperti Dwi Handayani Syah Putri dan Mega Iskanti.

Baik label hijab dan influencer tersebut sejatinya memiliki garis estetika yang cukup mirip; nuansa feminin dari warna netral, tona salem yang lembut serta motif flora sederhana. Walaupun gamis jamak terlihat di Instagram, secara statistik tunik dan scarf hijab lebih mudah dan cepat terjual. Meski demikian, bukan berarti daya kreativitas mesti terpaku pada fakta-fakta tersebut. Pada kasus tertentu, jika desainer atau creative director sudah terus bermain aman, label tersebut akan rentan termakan usia dan terganti dengan merk lain yang sedang hype.

Salah satu hal penting yang perlu diperhatikan adalah antisipasi dan adaptasi tren. Beberapa label hijab sukses karena cermat mengambil teknik yang sudah pernah diaplikasikan oleh rumah mode ternama –Céline di era Phoebe Philo, Biyan, Valentino atau Sapto Djojokartiko– dan dipasarkan di saat yang tepat.

Sejumlah hijab fashion label juga aktif mengadopsi keanekaragaman budaya dan alam Indonesia, di antara mengadaptasi teknik dan pola kain wastra. Salah satunya label baru bertajuk FAB IND Atelier yang kelahirannya didukung dan diseupervisi oleh TBF Consultant. FAB IND yang memiliki kepanjangan Fabulous Indonesia dibangun oleh Fifi Febriani dan Linda Nirmala. Label yang juga menawarkan koleksi modestwear ini merilis koleksinya ke pasar pada April 2020.

TBF Consultant, inkubator dari label FAB IND Atelier adalah sebuah konsultan mode Indonesia yang menawarkan solusi bagi para pebisnis mode, brand owner, fashion designer dan creative director dalam hal pengembangan produk, adaptasi tren hingga penjualan produk.

Share this post:

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin