Sustainable fashion atau mode berkesinambungan atau mode berkelanjutan adalah topik yang sedang dibicarakan secara progresif dalam berbagai aspek. Kita akan menemukan frasa tersebut baik dalam industri yang berkaitan dengan mode dan tekstil, maupun dalam media mainstream. Hingga saat ini, masih banyak orang –bahkan yang bekerja pada industri mode sekalipun– binggung atau gamang saat membahas tentang mode berkelanjutan. Situasi ini sangat wajar karena subyek ini sejatinya sebuah payung yang sangat besar, rumit dan menimbulkan perdebatan pada setiap cabang hingga eksekusinya.
Di sini, kami tidak akan menyuguhkan data pencemaran polusi, efek rumah kaca atau sejarah sustainable fashion karena berbagai media sudah membahas hal ini lebih dulu. Di samping itu, rangkaian data dan deretan asal-usul kerap menggerhanai akan apa yang harus kita pikirkan dan lakukan selanjutnya. Sebagai fashion consultant dan fashion incubator pertama di Indonesia yang peduli akan isu ini, The Bespoke Fashion Consultant membuat serial artikel khusus membahas topik mode berkesinambungan.
Pada seri pertama ini, The Bespoke Fashion Consultant akan memberikan sebuah gambaran dasar yang perlu kita mengerti untuk mengambil langkah lebih lanjut, baik dalam membeli pakaian secara bijak bagi para konsumen, maupun dalam pengembangan produk bagi para pelaku industri mode. Dalam seri kedua yang akan diunggah setelahnya, kami akan membahas bahan-bahan apa saja yang bisa digunakan untuk mendukung gerakan ini.
Sustainable fashion memiliki berbagai wawasan, di antaranya: ethical fashion, animal cruelty-free, zero-waste, environmentally friendly material dan topik yang saat ini menjadi perhatian khusus, diversity employment. Cabang dari mode berkesinambungan dapat terus bertambah karena lingkup subyek ini sangat luas dan memiliki misi untuk mewujudkan dunia yang lebih baik. Mungkin terasa klise, namun untuk hal baik, semua akan ada jalannya tersendiri.
Topik mode berkesinambungan memang cukup pelik, karena satu cabang dengan yang lainnya bisa sangat bertentangan. Dalam mendukung kebijakan animal cruelty-free, misalnya, desainer atau label tertentu bisa saja tidak membunuh atau melukai binatang, namun dalam pelaksanaan produksinya, bahan-bahan yang dipakai ternyata mengandung kimia sintetis yang justru sangat mencemari ekosistem hidup. Pada kasus lain, beberapa pelaku industri yang memproduksi tekstil dan pakaian ramah lingkungan ternyata memiliki isu kesejahteraan pekerja atau kesenjangan rasial dalam kegiatan bekerjanya.
Dalam pembahasan fokus pada bahan tekstil pun memiliki pertentangan tersendiri. Ada beberapa bahan yang memang seratus persen dari serat tumbuhan, namun dalam pelaksanaan produksi, mengalami berbagai proses fisika dan kimia yang malah mencemari lingkungan lebih parah dari pembuatan tekstil sintetis. Intinya, eksekusi mode berkesinambungan secara mutlak adalah sesuatu yang sulit. Beberapa media dan industri justru mendemonstrasikan dan menggembar-gemborkan dengan cara yang subyektif dan berlebihan. Belum lagi fakta bahwa isu ini telah dibawa menjadi sarana greenwashing oleh elit politik dan kapitalis mode. Segala hal baik tentu memiliki perdebatan dan ekses tersendiri.
Sisi positifnya, hampir semua manufaktur dan kantor yang berhubungan dengan industri mode menjadi lebih aware terhadap berbagai isu yang harus dibenahi. Kita sendiri memiliki berbagai peran berbeda dalam menyukseskan mode berkesinambungan di bumi ini, baik sebagai pelaku maupun konsumen.
Ikuti serial sustainable fashion yang diusung The Bespoke Fashion Consultant sebagai fashion incubator pertama di Indonesia. Dalam seri kedua, TBF Consultant akan membahas beberapa bahan atau material tekstil yang termasuk dalam pergerakan mode berkelanjutan. Jika Anda, para creative director dan label owner ingin mengaplikasikan subyek sustainable fashion dalam label Anda, dapat berkonsultasi dengan kami di TBF Consultant.