Strategi Merchandising Untuk Loungewear Dan Sleepwear

"Beberapa aspek yang harus diperhatikan sebelum merilis koleksi busana tidur dan santai di era pandemi ini."

Tren mode piama sempat lewat beberapa kali pada dekade 2010-an. Pada koleksi Louis Vuitton musim gugur/dingin 2013/2014 misalnya, Marc Jacobs merilis rangkaian baju tidur terbuat dari sutra nan mewah. Pada musim semi/panas 2016, loungewear dan sleepwear justru menjadi salah satu tren besar yang terlihat pada runway Balenciaga, Givenchy, Saint Laurent dan rumah mode sekalibernya. Selanjutnya, berbagai busana yang terinspirasi dari runway dunia tersebut tersedia di berbagai retail mode high-street dan department store terkemuka dalam rentang harga yang beragam.

Namun, animo pasar akan busana tidur dan santai tidak pernah bergejolak seperti saat ini: era di mana isu Covid-19 yang makin lama makin menjelimet. Kini, permintaan akan piama nyaman dengan kualitas premium berbanding lurus dengan jumlah pemberitaan pandemi. Hal ini cukup wajar, karena masyarakat selalu diimbau untuk tetap tinggal rumah dan tidak pergi ke manapun, termasuk saat bekerja. Penurunan pendapatan yang melanda sebagian besar masyarakat –baik dari kalangan menegah atas maupun sebaliknya– pun membuat mereka sangat selektif untuk membeli pakaian dan memilih kebutuhan sandang yang benar-benar berguna.

Dari situasi itu, mata dan rasa konsumen mode tertuju pada busana nyaman untuk kegiatan sehari-hari (baca: tidur, membimbing anak belajar, belajar masak dan kegiatan rumah lainnya) yang modis juga effortless untuk ditampilkan saat zoom meeting atau whatsapp video call.  Kebutuhan berpakaian dengan spesifikasi ini jatuh pada setelan piama bermotif shibori yang dipopulerkan oleh studio berbasis Australia, Suku Home.

Popularitas two-pieces jamas yang dirilis Christine Lafian, seorang perancang perlengkapan rumah berdarah Indonesia, bermula tahun lalu. Saat itu, kalangan pemerhati mode tertarik dengan desainnya yang kasual namun stylish dan yang terpenting, materialnya yang ekstra nyaman. Meski sebenarnya diperuntukkan sebagai baju tidur, piama tersebut naik kelas menjadi baju bepergian dan bekerja. Saat bencana Covid-19 datang, popularitas busana tidur jenis ini makin meroket dan akhirnya menjadi salah satu merchandise utama label mode dan retail.

Bagi Anda, para pebisnis mode, adalah hal yang sah untuk ikut mengadaptasi tren fenomenal ini. Tetapi ada beberapa hal yang harus sangat diperhatikan baik demi keamanan keuangan dan stok barang, serta citra dari fashion label yang Anda rintis.

Aspek pertama adalah efek kenyamanan yang dihasilkan dari proses pemilihan bahan. Material yang digunakan harus yang sangat nyaman saat digunakan. Beberapa jenis kain yang bisa digunakan adalah katun murni, rayon dan bahan yang populer lewat pengerjaannya yang sustainable: TenCel. Hindari penggunaan material sintetis seperti poliester karena efek kenyamanan akan sangat jauh berbeda. Sementara itu, penggunaan linen tentu akan menghasilkan pakaian yang jauh lebih nyaman. Sayangnya, bahan linen hampir tidak dapat membentuk sisi estetika yang sama.

Kedua, motif cetak pada piama. Dengan berkembangnya media sosial dan pseudo-journalism yang semakin nyinyir, adaptasi nuansa cetak shibori menjadi sangat riskan untuk citra fashion label Anda. Sudah ada beberapa akun Instagram yang giat menuding label mode tertentu menjiplak label yang sudah tenar terlebih dahulu. Lagipula, bagi label mode yang memiliki junjungan desain tertentu, adaptasi pola cetak yang terlalu berbeda akan berakibat buruk pada brand DNA. Terdapat banyak sekali motif cetak yang bisa dipakai; mulai dari tye die multiwarna, nautikal dan tropika, geometri, paisley dan flora, batik dan ikat, serta masih banyak lagi. Luangkan waktu untuk riset khusus pada tahap pencarian motif cetak ini.

Aspek ketiga yang sama pentingnya adalah pengelolaan kuantitas. Sebuah rahasia umum pada dunia ritel jika ingin merilis dengan margin lebih murah, Anda harus membuat suatu merchandise dalam jumlah lebih banyak. Di sini kita berbicara tentang 500-1000 potong baju yang tentu saja akan sangat beresiko menjadi overstock. Pada tahap produksi pertama, ada baiknya jika Anda mengetes produk terlebih dahulu dalam jumlah sedikit dengan lipatan untung yang tidak terlalu masif. Jika ternyata produk terjual dengan sangat baik, buka sistem pre-order sambil memproduksi dalam jumlah banyak.

Hal terakhir adalah strategi bisnis. Perlu diingat, ini adalah phenomenal trend. Ketika memutuskan untuk bermain di ranah ini, Anda harus bersiap untuk masuk dalam pertempuran berdarah. Kalau koleksi piama Anda dilepas ke pasar dengan harga yang terlalu tinggi tanpa adanya nilai inovasi, tentu konsumen akan lebih memilih sang pionir. Di lain pihak, harga yang dicantumkan terlalu murah akan berakibat buruk pada label mode Anda di kemudian hari. Cara paling aman adalah pemisahan label layaknya sister brand bagi Anda yang mengelola label kelas atas atau premium, tentu dengan harga yang bersahabat.

Tentu saja aplikasi dan sistemasi perilisan produk lebih rumit ketimbang tulisan ini. Untuk itu, sebelum Anda memutuskan untuk merilis busana sleepwear dan loungewear di era pandemi ini, pikirkan dahulu secara matang. Jika diperlukan, hubungi The Bespoke Fashion Consultant selaku fashion consultant pertama di Indonesia yang akan siap dengan rumusan bisnis dan arahan estetika yang sesuai untuk fashion business Anda.

Share this post:

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin