5 Kunci Sukses Menjadi Fashionpreneur untuk Pemula

Kini, tak sedikit orang mulai memberanikan diri untuk memulai bisnis baru. Apalagi di tengah situasi yang tak mudah seperti sekarang ini.
Jika Anda termasuk orang yang aktif di media sosial dan berbelanja via online shop, tak heran rasanya selain bisnis makanan, kini banyak brand lokal fashion bermunculan untuk saling mengadu peruntungan.
Well, memulai bisnis di industri fashion bisa jadi mudah dilakukan. Namun, untuk terus bertahan dan bersaing di tengah gempuran brand di pasaran, tentu tidak segampang yang dipikirkan.
Nah, untuk memuaskan berbagai pertanyaan seputar dunia bisnis fashion, beberapa waktu lalu TBF CONSULTANT bekerjasama dengan GLITZMEDIA.CO menggelar Fashion Business Summit secara virtual bertajuk “How To Be A Fashionpreneur”.

Acara yang digelar selama kurang lebih 2 jam tersebut dihadiri oleh lebih dari 50 UMKM dan calon pebisnis baru industri fashion. Mereka tampak sangat antusias dari awal hingga akhir untuk meneguk berbagai ilmu baru seputar bisnis dunia mode.


Anggia Hapsari, Editor in Chief GLITZMEDIACO, bertindak sebagai Moderator yang memandu pembicaraan seputar fashion bersama Melinda Babyana, selaku Founder TBF Consultant dan Yeri Affriani, Founder Calla The Label.
“Tidak perlu memiliki latar belakang khusus di bidang fashion, setiap orang bisa menjadi seorang Fashionpreneur. Asalkan, Anda siap terjun, jeli, ‘melek’ fashion, dan memiliki business plan yang jelas,” ujar Melinda Babyana yang akrab dipanggil Baby ini.

Lalu apa saja kunci yang harus Anda perhatikan untuk sukses menjadi Fashionpreneur? Simak beberapa hal penting yang disampaikan oleh TBF Consultant dan Calla The Label berikut ini:

RENCANA BISNIS
Inilah dasar terpenting yang harus dikuasai jika Anda ingin menjadi seorang wirausaha yang bergerak di industri fashion. Tak hanya pada tahap perencanaan dan tahap awal pendirian brand saja. Anda pun perlu mempelajarinya lebih dalam terutama dalam pengembangan bisnis jangka panjang.

TENTUKAN MARKET
Pada awal brand mode Anda didirikan, Anda sebaiknya sudah membaca target konsumen yang Anda tuju. Tak perlu memikirkan market yang terlalu jauh. Mulailah pada market sekitar Anda terlebih dahulu. Kemudian, jagalah komunitas market Anda tersebut.
Dengan menjaga dan mengolah komunitas, tentu Anda akan menciptakan engagement yang baik. Bonusnya, Anda pun bisa lebih dalam lagi membaca kebutuhan market Anda.

JELI DAN MAMPU MEMBACA PASAR
Menurut Yeri, ketika Anda memutuskan untuk terjun di suatu bisnis, mantapkan diri menggeluti bisnis yang Anda suka. Jangan setengah-setengah, karena Anda harus fokus dan konsisten.
Tekan idealisme Anda ketika membuat suatu brand dan bacalah keinginan pasar. Jangan terburu-buru ambisius dan menginginkan brand yang langsung dikenal banyak orang.

“Go with the flow, baca marketnya, dengarkan apa yang market Anda butuhkan, nikmati proses jatuh bangun Anda membangun brand. Sukses merupakan bonus selanjutnya,” ujar Yeri.
“Pada situasi saat ini misalnya, jangan memaksakan keinginan dan idealisme brand Anda saja. Anda pun perlu lebih jeli mendengarkan kebutuhan pasar sekaligus menawarkan produk baru yang memiliki DNA Anda,” lanjut Yeri lagi.
Dibanding menjual tas rotan atau busana yang cenderung berat, cobalah menawarkan produk baru seperti busana yang lebih nyaman digunakan ke mana saja, masker, topi, hingga shopping bag.

TENTUKAN CIRI KHAS BRAND ANDA
Memang, Anda menawarkan dan menjual busana seperti yang telah ada di pasaran. Namun, Anda tetap perlu memiliki ciri khas atau DNA brand Anda sendiri.
“Meski demikian, jangan paksakan idealisme Anda secara langsung. Anda tetap perlu memberikan keinginan pasar agar mereka tertarik membeli produk Anda,” jelas Yeri.
Contohnya ketika Yeri memulai brand Calla The Label pada tahun 2017 silam. Calla The Label merupakan brand asal Bandung yang identik dengan permainan kaya motif, warna vibrant, dan desain yang quirky.
“Saat launching, saya tidak langsung menawarkan koleksi serba motif seperti yang Anda lihat saat ini. Saya masih menyertakan beberapa busana monokrom yang dinilai fast selling. Namun saya menyertakan detail Calla The Label berwarna vibrant di area tertentu busana sebagai DNA saya. Perlahan tapi pasti, baca kembali keinginan market Anda,” ujarnya.

ARUS KAS
“Seorang pengusaha yang baik seharusnya dapat mengatus cashflow agar brand yang ia dirikan tetap stabil dan berkelanjutan,” jelas Baby. Pemetaan pemasukan dan pengeluaran dana brand perlu dijaga agar kelangsungan hidup usaha dapat senantiasa terjaga meski berada di tengah kondisi sulit.

Artikel ini telah tayang di Glitzmedia.co

Share this post:

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin