Tips Fashionpreneur Mengembangkan Label Fashion Lokal

TBF Consultant Indonesia sebagai sebuah platform fashion consultant pertama di Indonesia langsung merespon kondisi saat ini dengan menghadirkan daring Fashion Webinar TBF Business Summit. Metode daring webinar ini merupakan sebuah kreatifitas dalam mengembangkan sebuah ide, kreativitas, serta saling berbagi ilmu dan pengalaman untuk menjadi sosok fashionpreneur yang tangguh dan mumpuni.

Mengusung tema “How To Be A Fashionpreneur” yang diadakan pada 7 Oktober lalu merupakan chapter 1 dari TBF Business Summit yang juga menjadi wadah untuk para pelaku bisnis mode lokal dalam menggali banyak hal baru serta membuka networking.

Faktanya, 8 dari 10 orang yang TBF consultant wawancara secara random masih memiliki mimpi untuk mempunyai fashion brand sendiri. Lahirnya banyak fashionpreneur baru di masa pandemi ini menjadi cerminan bahwa potensi wirausaha lokal dibidang fashion sangat tinggi.

TBF consultant Indonesia pun menggandeng brand lokal Calla The Lable untuk sharing pengalamannya dalam membangun brand Calla the Label mulai dari nol hingga saat ini. Melinda Babyanna, Founder & CEO dari TBF Consultant Indonesia membuka materi mengenai “Fashionpreneur is the New Sexy”, sebuah bisnis baru yang mampu menggabungkan passion, kreatifitas, business instinct dan growth mindset dalam satu paket.

Yeri Afriyani, Founder Calla the Label, lebih banyak membagikan pengalamannya sebagai Fashionpreneur muda yang tidak memiliki latar belakang sebagai desainer tapi mampu melihat potensi besar dalam berbisnis fashion lokal.

Tentunya sharing bermanfaat ini diharapkan dapat menjadi pembekalan bagi para Fashionpreneur untuk berani memulai bisnis mode lokal dan memanfaatkan momen dan platform yang ada saat ini sebagai potensi bisnis baru. Acara yang berlangsung selama 2 jam ini terasa mengalir dan memberikan banyak sharing dan ide baru kepada para peserta, baik yang ingin mempunyai brand atau sudah punya brand tapi masih butuh arahan nyata dari para expert.

Melinda Babyanna dalam sesi tanya jawab saat webinar memaparkan bahwa meski tidak memiliki latar belakang sebagai desainer fashion, peluang seorang fashionpreneur untuk membangun label sendiri sangat terbuka luas.

“Seorang fashionpreneur handal akan jeli melihat tantangan sebagai peluang baru yang tak hanya dari segi bisnis tapi juga ia bisa memadukan kreatifitas, target pasar yang potensial, keunikan produk yang ingin dijual, hingga memiliki visi yang besar untuk menjadikan brand yang ia miliki lebih dari sebuah brand yaitu brand with value. Trend Seasonless dan menggunakan material ramah lingkungan menjadi sebuah bisnis lokal yang diciptakan tak hanya mengejar profit tapi juga sustainable brand,” jelasnya.

Sebanyak 70 Peserta berpartisipasi mengikuti kegiatan ini dengan latar belakang profesi berbeda dan range usia sekitar 16 hingga 45 tahun. Jiwa entrepreneurship kian berkembang di era new normal ini dengan mengusung konsep kolaborasi bukan kompetisi.

Untuk itu para pebisnis fashion harus tanggap menjadikan momen kenormalan baru sebagai peluang dalam melahirkan label-label lokal terbaik. Ciptakan label yang sarat nilai seperti memanfaatkan bahan-bahan yang ramah lingkungan serta tujukan koleksi Anda kepada komunitas yang sudah ada. Dengan begitu karya lokal akan bertumbuh pesat dengan berbagai pilihan yang mengakomodasi semua kalangan. (Orie Buchori)

Artikel ini telah tayang di Dewimagazine.com

Share this post:

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin