TBF Talk: Ayla Dimitri

"Kepada Melinda Babyanna, sang content creator berbagi cerita di balik kolaborasi terbarunya bersama LEKAT serta perspektifnya tentang mode dan influencer marketing."

The Bespoke Fashion Consultant membina sebuah fashion project untuk label LEKAT yang hendak memamerkan koleksinya untuk musim mode fall/winter 2020. Pada koleksi besar tersebut, terdapat dua kolaborasi dengan dua fashion content creator, salah satunya Ayla Dimitri. Adapun Ayla dan creative director LEKAT Amanda Indah Lestari sudah menjalin pertemanan sejak saat mengenyam pendidikan di Universitas Pelita Harapan jurusan Desain Komunikasi Visual. Keduanya menaruh minat pada bidang mode dengan jalur karir berbeda, seperti yang dapat kita dapat lihat saat ini.

Koleksi fall/winter 2020 dari LEKAT –termasuk di dalamnya proyek sinergi dengan Ayla Dimitri– sejatinya akan dipamerkan pada Plaza Indonesia Fashion Week 2020. Namun sekitar seminggu sebelum tanggal yang telah ditentukan, perhelatan tersebut mesti ditangguhkan guna menyukseskan program pemerintah dalam penghentian penyebaran COVID-19.

TBF Consultant pun mengubah metode peluncuran koleksi menjadi online launch. Menggunakan sarana Instagram Live, founder TBF Consultant Melinda Babyanna dan Ayla Dimitri merilis koleksi terbatas yang ramah lingkungan ini (subyek yang secara konstan disuarakan baik oleh TBF Consultant dan Ayla Dimitri) dalam format obrolan yang bersifat personal dan intim.

Melinda Babyanna (MB): Apa yang membuat Ayla tertarik untuk berkolaborasi pada koleksi fall/winter 2020 dari LEKAT?

Ayla Dimitri (AD): Saya sangat menyukai esensi LEKAT yang mau mengangkat kain tenun Baduy yang mana tidak terlalu terekspos. Terlepas dari background story tersebut, LEKAT memiliki karakter yang sangat kuat terlihat dari koleksi, pieces-by-pieces, serta detail pengerjaan. Dari fabric hingga cutting, semuanya bagus sekali dan saya . Itu semua yang membuat saya menaruh kepercayaan kepada LEKAT dan tanpa ragu-ragu  berkolaborasi dengan label ini.

MB: Bagaimana persepsi Ayla Dimitri terhadap garis desain LEKAT?

AD: Banyak orang yang binggung tentang bagaimana cara memakai koleksi LEKAT. Sebenarnya, items dari LEKAT gampang sekali untuk diaplikasikan dan sangat mudah untuk di-mix and match. Mungkin orang berpikir karena bahan dari LEKAT yang bisa dibilang baru atau warnanya kurang sesuai dengan selera mereka. Namun jika kita menelaah lebih dalam, koleksi LEKAT tidak hanya sekadar warna dan shape saja. Setiap pieces dari LEKAT memiliki makna tersendiri. Sejujurnya, LEKAT memiliki proyeksi dan opportunity yang sangat luas.

MB: Lalu, apa inspirasi di balik kolaborasi LEKAT X AYLA?

AD:  Berangkat dari konsep utama koleksi LEKAT fall/winter 2020 yaitu subkultur Amish, saya berpikir untuk menciptakan pieces yang kuat akan esensi desain LEKAT dan mudah dipakai untuk sehari-hari serta dapat dikenakan secara berulang. Dari sana saya dan Mandy (Amanda Indah Lestari, creative director LEKAT) menurunkan konsep tersebut menjadi blazer, outer dan rok. Selanjutnya saya juga berpikir untuk menunjukkan esensi Indonesia, namun bukan pada pakem yang kita sudah sering lihat seperti baju Batik atau tenun yang bersifat full-heavy. Dari sana kami bermain dengan bahan dan detail, sehingga tercipta koleksi terbatas dengan aplikasi patch dan mix-material.

 MB: Apa definisi fashion menurut pandangan Ayla Dimitri?

AD: Menurut saya, fashion adalah bagian dari seni. It is a medium to express yourself. Para seniman mengekspresikan diri mereka lewat artwork yang mereka buat. Sedangkan bagi kita para fashion enthusiasts, fashion adalah chanel atau kanvas untuk mengekspresikan diri. Fashion is also about aesthetic, inspiration, history. Banyak sekali elemen di balik fashion dan bukan tren semata. Bukan juga sekadar beli dan pakai baju.

 MB: Bagaimana Ayla Dimitri melihat influencer marketing lima tahun ke dapan?

AD: Influencer dan content creator hadir sebagai teman-teman yang membagikan berita positif atau informasi. Untuk ke depannya, selama kita masih dalam koridor yang friendly, approachable atau relateable, bisa terus berjalan bahkan bisa semakin besar. Kemungkinan ini disebabkan oleh teman-teman memiliki platform social media yang bisa membagikan berbagai hal. Sebenarnya sebagai individu, di luar platfrom tersebut, kita sudah memberikan pengaruh kepada individu lainnya. Menurut saya, loop ini sangat logical dan memiliki rasa kemanusiaan karena ada sistem informasi dan komunikasi yang dibagikan. Influencer marketing sejatinya tidak akan mati, hanya akan berbeda caranya atau platformnya.

Share this post:

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin